Setiap orang pasti pernah mendengar dengan kata ‘serat’. Namun, kebanyakan dari kita tidak mengerti dan paham akan pentingnya serat dalam tubuh kita. Perlu kita ketahui juga cara kerja serat dalam tubuh kita sehingga kita akan lebih paham akan proses metabolisme dan penyerapan dalam tubuh kita. Tubuh kita memerlukan serat yang cukup. Sumber serat terbaik berasal dari buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
Serat makanan (dietary fiber) adalah komponen dalam tanaman yang tidak tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserat di saluran pencernaan. Berbagai manfaat dapat kita terima dari mengkonsumsi serat, seperti terhindar dari masalah sembelit, mengatur proses pencernaan, mengatur kadar gula, dan masih banyak lainnya. Barbara Rolls, Phd, penulis buku The Volumetrics Eating Plan, menyebutkan konsumsi diet tinggi serat sangat baik untuk menurunkan kadar kolesterol, selain juga mencegah konstipasi karena serat menyerap air ketika melewati saluran pencernaan sehingga tekstus feses menjadi lunak. Agar terbebas dari masalah sembelit, konsumsi serat harus diimbangi dengan asupan air yang cukup karena jika kurang minum, serat justru akan memperparah konstipasi atau gangguan pada usus besar.
Selain itu, menurut Joanne Slavin, PhD, pakar di bidang obesitas dari Universitas Minnesota, serat tidak hanya membuat perut terasa lebih penuh tapi juga mengurangi masalah pencernaan, termasuk kanker kolon. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan, dalam jumlah besar serat bisa membantu mengatur kadar gula darah dan insulin.Ini sebabnya, orang yang sering mengonsumsi serat cenderung lebih langsing.
Serat juga diketahui menunjukkan manfaat lain untuk kesehatan. Asupan serat yang tinggi (khususnya dari sereal dan produk serelia) terbukti memperlambat timbulnya plak oleh kolesterol pada wanita yang menderita penyakit jantung. Konsumsi serat yang cukup juga akan melindungi jantung kita dengan menurunkan kolesterol jahat (LDL) tanpa mengurangi kadar kolesterol baik (HDL). Hal ini karena pangan berserat tinggi biasanya mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang rendah.
Agar lebih peduli, ada baiknya kita memahami cara kerja serat dalam tubuh. Seperti diungkapkan Sechneeman, ahli nutrisi yang menulis Dietary Fiber, Physical and Chemistry Properties Methods of Analysis Review, serat makanan menghasilkan reaksi fisiologis yang tergantung pada sifat fisik dan kimia sumber serat. Reaksi ini meliputi meningkatkan massa feses serta menurunkan kadar kolesterol plasma dan respon organik glikemik dari makanan.
Pola makan minim serat akan menghasilkan sedikit residu, sehingga akan tinggal di dalam saluran pencernaan selama beberapa hari, sampai volume residu cukup untuk menimbulkan refleks buang air besar. Rasa ingin BAB timbul jika volume residu di dalam usus besar cukup jumlahnya, sehingga menimbulkan refleks regangan terhadap dinding usus besar.
Di dalam saluran pencernaan, serat makanan dapat mengikat garam empedu, yaitu zat yang berfungsi membantu penyerapan lemak. Lemak tidak larut dalam air sehingga sukar diserap usus. Garam empedu membantu melarutkan bahan yang tidak larut dalam air seperti asam lemak dan kolesterol, dengan cara membentuk zat yang laur air, sehingga dapat diserap usus.
Makin banyak serat dalam makanan, makin banyak garam empedu yang terbuang. Artinya, makin banyak lemak yang tidak terserap usus. Serat juga membuat absorsi lemak dan kadar kolesterol dalam tubuh menurun. Secara mekanis serat juga menghalangi penyerapan zat gizi lain seperti karbohidrat dan protein. Bila serat sedikit di dalam makanan, hampir semua zat gizi sumber kalori dapat diserap. Hal ini memberi peluang seseorang mengalami kegemukan, yang merupakan faktor risiko berbagai penyakit.
Dari penjelasan di atas, dapat kita ketahui dan mengerti akan pentingnya serat dalam tubuh kita dan proses penyerapan dan metabolisme. Oleh karena itu, untuk membuat tubuh kita sehat dan proses pencernaan yang teratur, kita harus menyeimbangkan dan memperhatikan kadar serat dalam tubuh kita. Konsumsikan serat dalam setiap makanan kita.
Serat makanan (dietary fiber) adalah komponen dalam tanaman yang tidak tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserat di saluran pencernaan. Berbagai manfaat dapat kita terima dari mengkonsumsi serat, seperti terhindar dari masalah sembelit, mengatur proses pencernaan, mengatur kadar gula, dan masih banyak lainnya. Barbara Rolls, Phd, penulis buku The Volumetrics Eating Plan, menyebutkan konsumsi diet tinggi serat sangat baik untuk menurunkan kadar kolesterol, selain juga mencegah konstipasi karena serat menyerap air ketika melewati saluran pencernaan sehingga tekstus feses menjadi lunak. Agar terbebas dari masalah sembelit, konsumsi serat harus diimbangi dengan asupan air yang cukup karena jika kurang minum, serat justru akan memperparah konstipasi atau gangguan pada usus besar.
Selain itu, menurut Joanne Slavin, PhD, pakar di bidang obesitas dari Universitas Minnesota, serat tidak hanya membuat perut terasa lebih penuh tapi juga mengurangi masalah pencernaan, termasuk kanker kolon. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan, dalam jumlah besar serat bisa membantu mengatur kadar gula darah dan insulin.Ini sebabnya, orang yang sering mengonsumsi serat cenderung lebih langsing.
Serat juga diketahui menunjukkan manfaat lain untuk kesehatan. Asupan serat yang tinggi (khususnya dari sereal dan produk serelia) terbukti memperlambat timbulnya plak oleh kolesterol pada wanita yang menderita penyakit jantung. Konsumsi serat yang cukup juga akan melindungi jantung kita dengan menurunkan kolesterol jahat (LDL) tanpa mengurangi kadar kolesterol baik (HDL). Hal ini karena pangan berserat tinggi biasanya mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang rendah.
Agar lebih peduli, ada baiknya kita memahami cara kerja serat dalam tubuh. Seperti diungkapkan Sechneeman, ahli nutrisi yang menulis Dietary Fiber, Physical and Chemistry Properties Methods of Analysis Review, serat makanan menghasilkan reaksi fisiologis yang tergantung pada sifat fisik dan kimia sumber serat. Reaksi ini meliputi meningkatkan massa feses serta menurunkan kadar kolesterol plasma dan respon organik glikemik dari makanan.
Pola makan minim serat akan menghasilkan sedikit residu, sehingga akan tinggal di dalam saluran pencernaan selama beberapa hari, sampai volume residu cukup untuk menimbulkan refleks buang air besar. Rasa ingin BAB timbul jika volume residu di dalam usus besar cukup jumlahnya, sehingga menimbulkan refleks regangan terhadap dinding usus besar.
Di dalam saluran pencernaan, serat makanan dapat mengikat garam empedu, yaitu zat yang berfungsi membantu penyerapan lemak. Lemak tidak larut dalam air sehingga sukar diserap usus. Garam empedu membantu melarutkan bahan yang tidak larut dalam air seperti asam lemak dan kolesterol, dengan cara membentuk zat yang laur air, sehingga dapat diserap usus.
Makin banyak serat dalam makanan, makin banyak garam empedu yang terbuang. Artinya, makin banyak lemak yang tidak terserap usus. Serat juga membuat absorsi lemak dan kadar kolesterol dalam tubuh menurun. Secara mekanis serat juga menghalangi penyerapan zat gizi lain seperti karbohidrat dan protein. Bila serat sedikit di dalam makanan, hampir semua zat gizi sumber kalori dapat diserap. Hal ini memberi peluang seseorang mengalami kegemukan, yang merupakan faktor risiko berbagai penyakit.
Dari penjelasan di atas, dapat kita ketahui dan mengerti akan pentingnya serat dalam tubuh kita dan proses penyerapan dan metabolisme. Oleh karena itu, untuk membuat tubuh kita sehat dan proses pencernaan yang teratur, kita harus menyeimbangkan dan memperhatikan kadar serat dalam tubuh kita. Konsumsikan serat dalam setiap makanan kita.
0 komentar:
Posting Komentar